Kamis, 13 Oktober 2011

Percayalah cintaku

Curhatnya Bu LALA....
Malam ini hatiku sedih sekali. Walau rasa sedih ini sesungguhnya telah kumiliki sejak beberapa waktu yang lalu, tapi malam ini entah mengapa terasa begitu mencekam.

Melihat ibu Siami di MetroTV menggetarkan seluruh jiwaku. Siapa tak pedih mendengar bagaimana bu Siami menceritakan bujukan guru di sekolah yang menyuruh anaknya untuk membagikan contekan kepada teman-temannya dengan dalih membalas jasa guru.

“Lif, kamu anak pintar. Gunakan kepintaranmu untuk mengajari semua temanmu di waktu Unas. Kalau kamu ingin balas budi atau jasa kepada gurumu, kamu harus mengajari (baca: memberi contekan UN) semua temanmu.”.

Kepedihan ini semakin menjadi-jadi dengan terjadinya dialog di FB tentang pernyataan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Moh. Nuh yang menyatakan “Warga melakukan itu karena salah satu sebabnya adalah mereka merasa putra putrinya bakalan mendapat nilai jelek. Karena itu janganlah menyelesaikan persoalan dengan menambah persoalan baru.” Pernyataan Mendiknas itu seakan-akan menjadi pembenaran warga yang marah kepada ibu Siami.

Dalam dialog di FB pun muncul pernyataan seorang teman yang menyatakan bahwa kemarahan para wali murid itu terjadi karena orangtua ingin melindungi anaknya dari ketidaksanggupan bersaing dalam ujian nasional.

Ya Tuhan, jadi bagaimana? Apakah dalil itu cukup untuk mengamini kehancuran moral tunas bangsa kita?

Kalau dari SD saja kejujuran buah hati tercinta sudah digadaikan demi selembar ijazah, lalu apalagi yang bisa kita persembahkan pada bangsa ini? Bagaimana kita masih sanggup menjejakkan kaki untuk berdiri tegap memandang bangsa lain dan menyatakan diri sebagai bangsa yang bermartabat jika sejak kecil sebenarnya kita sudah berlaku curang dan berselingkuh dengan kejujuran? Apalagi yang tersisa bagi anak kita ketika dia dewasa jika elemen terpenting dari ruhnya sudah dirampas sejak dini?

***

Apa yang bisa kulakukan? Aku bukan orang penting bangsa ini yang mampu bersuara cukup kencang untuk sampai di telinga para pembesar bangsa. Yang bisa kulakukan hanya menulis dan mendendangkan sepenggal doa agar anakku berkenan menjaga elemen terpenting dari hidupnya… kejujuran…

Lagu ini aku peruntukkan anakku dan anak-anak Indonesia di seluruh negeri. Juga, lagu ini aku persembahkan untuk para orangtua yang memilih untuk tak menyerah dan tetap ingin menjadikan kejujuran sebagai pondasi hidup anak-anaknya.

Anakku cintaku, oh buah hatiku, tak banyak pesanku padamu
Kuhanya ingin kau tahu
Satu hal yang harus selalu kau miliki di dirimu
Jujurlah selalu

Hanya itu maka selamatlah anakku
Walau seluruh dunia berpaling darimu
Jujurlah nak, maka kan damai hatimu
Walau ragamu hancur dan layu

Percayalah cintaku
Oh buah hatiku
Hanya itu pesanku padamu

Jujurlah selalu
Kuatkan dirimu
Doaku selalu menyertaimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar